OtherPapers.com - Other Term Papers and Free Essays
Search

Psychology in Islam (indonesian)

Essay by   •  August 15, 2011  •  Essay  •  886 Words (4 Pages)  •  1,849 Views

Essay Preview: Psychology in Islam (indonesian)

Report this essay
Page 1 of 4

Puisi Cinta Paling Indah

Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat diucapkan

Kayu kepada api yang membuatanya terbakar

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

Awan kepada hujan yang membuatnya tiada

Pembaca/ penyimak mungkin akan protes, mana bisa seperti itu, pengorbanan cinta yang membuat terbakar dan tiada itu, dapat dikatakan sederhana? Tapi begitulah, dengan puisi itu dia ingin menunjukkan cintanya yang terdalam, cinta yang ditunjukkan dengan pengorbanan yang demikian hebat. Tapi itulah yang dia namakan sebagai cinta yang sederhana.

Saya juga pingin bahas sedikit, Sapardi tidak menulis "Seperti kata yang tak sempat diucapkan" tapi dia memilih untuk mengatakan "Dengan kata yang tak sempat diucapkan" ini sangat menarik, sebab saya dulu selau mengingat syair ini menggunakan kata "seperti", nyatanya Sapardi menggunakan kata "dengan" dalam puisi tersebut. Saya pikir penggunaan kata ini menunjukkan bahwa dia memaksudkan cinta yang sederhana itu adalah cinta yang benar-benar menggunakan kata-kata yang harusnya 'diucapkan' oleh kayu dan 'diisyaratkan' oleh hujan tersebut, mungkin kata-kata itu ialah,: "Biarlah aku menderita asal engkau bahagia...." Kalau bahasa zaman sekarang mungkin kata-katanya adalah, "Apa sih dek, yang nggak buat kamu?"

Ada juga kata yang hilang yaitu "oleh", ini sangat mungkin hanya digunakan untuk mempercantik rangkaian kata-kata tersebut. Bisa juga hilangnya kata "oleh" tadi dimaksudkan untuk menyebabkan efek penegasan intonasi pada pengucapan kata "kayu " dan "awan" .

Sebenarnya ada lagi penulis puisi cinta lain, tapi kaliber dunia. Namanya Kahlil Gibran, seorang yang hidup di dua keping dunia, barat dan timur. Sayangnya saya tak terlalu suka dengan puisi-puisinya, terutama puisi cintanya Gibran ini, agak sedikit suram menurut saya. Dan pada novel best seller "5 cm" terbitan Grasindo pun ada disebutkan salah satu tokoh ceritanya, yang dulunya begitu menggilai karya Kahlil Gibran ini, jadi luntur rasa cintanya karena karya-karya Kahlil Gibran menjadi karya populis di pasaran.

Karena itu dari seluruh "puisi cinta" yang pernah saya baca, puisi Sapardi Djoko Damono ini masih mendapat tempat paling tinggi di hati, bersama dengan tentu saja puisi-puisi karya saya sendiri. Tentu saja puisi saya mesti saya hargai (wa ka.. ka.. ka ka..). Sebaik dan sejelek apapun itu mesti dihargai, kalau tidak siapa lagi yang akan menghargainya, wrigh or wrong it's your poems...

Nah, ada lagi satu puisinya di bawah ini, dari Sapardi Djoko Damono:

Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah

Dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon bunga itu

Tak ada yang lebih bijak

Dari hujan bulan Juni

Dihapusnya jejak-jejak kakinya

Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif

Dari hujan bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan

Diserap akar pohon bunga itu

Pemilihan kata juni itu saya kira benar-benar menggunakan perhitungan dan atau intuisi. Juni, dari sisi rima sangat dekat dengan kata seni dan semi, suatu cerminan atas keindahan. Dari segi waktu pun, imajinasi pembaca akan dibawa, bahwa, secara sadar atau tidak sadar, bahwa juni adalah bulan kemarau, bahkan

...

...

Download as:   txt (6.4 Kb)   pdf (91.4 Kb)   docx (11.7 Kb)  
Continue for 3 more pages »
Only available on OtherPapers.com